Senin, 16 Juni 2014

Fiksi: Si Rumit [7]

hari minggu adalah sore yang berangin. banyak orang isi waktunya untuk sekedar cari keringet kaya ngajak si anjing berenang di danau atau main layangan. kalau aku, milih duduk di taman sama saudaraku yang sengaja bawa laptopnya buat nonton film. film paling romantis katanya. lalu, aku liat si rumit jalan masuk ke ruangan itu, baru aja dia duduk, udah harus pergi lagi setelah ngomong sesuatu di telfon. dia keliatan terburu-buru, mungkin tali sepatunya pun lupa dia ikat. tapi kerennya, dia gak lupa ucap tabik ke kita semua.


gak sadar, aku lewatin beberapa menit dari film, yang katanya film paling romantis itu. ah, romeo and juliet (1968), yang diperani oleh leonard whiting dan olivia hussey. siapa yang gak tau? masterpiece dari william shakespeare, seorang penyair dan juga sutradara yang waktu itu hidup di negara monarki, di bawah ratu elizabeth 1. semua karya panggungnya, diliat dari sudut dramaturgi maupun bahasa pusi indah yang digunakan, aku pikir belum ada yang bisa menyamai shakespeare. karya lainnya hamlet adalah yang juga populer.

kisah romeo and juliet udah melegenda ke seluruh bagian bumi. walaupun ceritanya gak berakhir bahagia, tapi cerita bernuansa klasik dan tragedi ini mendapat tempat di hati banyak orang. salah satunya, saudaraku yang menangis nonton ini sambil bilang: aah, romantis bangeeet hiks. aku jadi inget temenku yang dari rusia, veronika. aku pernah ajak dia nonton film paling romantis lainnya, judulnya: gone with the wind (1941). film hitam putih, masih tentang cinta romantis, tapi sederhana. aku gak akan ceritain film itu, tapi aku mau kasih tau apa yang dibilang temenku, veronika, setelah dia nonton itu.

dia bilang:
"selama aku nonton film romantis belum ada yang bisa nyamain cerita paling romantis di dunia yang pernah aku tau. bahkan imajinasi drama shakespeare, romeo and juliet. kamu mau aku ceritain gak? 

jadi, ada sepasang lakilaki dan perempuan yang pernah menyatakan cinta, dengan cara yang sangat-sangat sederhana, juga gak ada bahasa puisi disitu, tapi memikat. lalu, mereka hidup bersama dengan menikah. si lakilaki pergi bekerja tiap pagi dan pulang tiap sore, dan si perempuan adalah yang hanya mampu membekalinya dengan doa dan kecupan. dan menunggu si lakilaki pulang sambil mencuci dan memasak. kadang belanja ke pasar sendiri dengan resiko digoda preman pasar kalau tukang sayur gak lewat depan rumah.

di akhir minggu, mereka berdua biasa pergi berdua ke taman kota atau mendengar radio fm yang mereka beli dari uang tabungan. atau pergi ke teater menonton drama. suatu hari, si perempuan melahirkan anak pertama. si lakilaki panik sekaligus gembira. di timangnya anak itu tiap hari sebelum dan setelah kerja, dimanjanya anak itu tiap malam sebelum tidur. melihat itu, si perempuan tersenyum bahagia atas nama yang gak bisa dilukiskan kata-kata, bahkan puisi shakespeare sekalipun. tahun demi tahun mereka jalani dari susah sampe senang dan susah lagi. sampe si anak bisa berjalan, tumbuh dewasa dan pandai membaca juga pandai berhitung. 

kamu tau siapa anak itu?
anak itu adalah anak yang lupa kalau cerita paling indah dan romantis di dunia ini adalah segala hal tentang orang tuanya yang sudah melahirkannya dan membesarkannya. anak itu adalah: kita sendiri. semoga kamu (kita) paham."

 
besok paginya tapi udah agak siang, aku kebangun dari tidurku. ada dua sms masuk ke handphone ku. aku kira, dari indosat yang selalu ngingetin aku buat makan tiap hari. tapi ternyata, kabar dari saudaraku ngasih tau kalau ibunya si rumit meninggal dunia. beberapa detik aku kaya yang gatau harus ngapain. aku kaget, ludahku sampe nyangkut di tenggorokan, gak bisa napas. aku gak percaya, tapi saudaraku pastiin kalau itu bukan beritan bohong.

sebelum berangkat, seperti patungnya auguste rodin, aku merenung. melihat kematian sering banget dateng mendadak, artinya garis antara hidup dan mati itu sangat-sangat tipis. di balik riak tawa dan canda. kematian bersembunyi, mencari mangsa. melenyapkan tawa di wajah. dan gak ada yang bisa mengingkarinya kan, ini hukum alam, kematian udah terjadi dari jutaan tahun lalu. yang baru menggantikan yang lama. yang muda gantikan yang tua. regenerasi. dan gak ada yang bener-bener tau apa yang terjadi setelah kematian. (rumahfilsafat.com)

tapi katanya, karena kehidupan adalah energi, energi itu abadi. ketika mati, energi itu berpindah tempat dan menjadi sesuatu yang lain di alam. kalau kata socrates, dianalogikan energi atau jiwa itu air yang ada di dalam kendi, kendi itu raga atau daging. ketika kendi itu pecah, air yang keluar akan menguap atau kembali ke laut. tapi itu cuman kemungkinan, mendingan jangan tanya apa yang terjadi setelah mati, tapi tanya gimana kita memaknai kematian itu sendiri, kematian kita, kematian orang lain dan kematian orang yang kita sayangi.


ketika kami dateng ke rumah si rumit, dia berhasil menyembunyikan kesedihannya. walaupun matanya terlihat sembap dan hitam, karena menangis semaleman. tapi semoga dia berhasil memaknai kejadian ini sebagai titik ubah hidupnya. titik ubah yang dimaknai sebagai kemungkinan dan kesempatan, untuk menentukan arah yang baru, termasuk arah dan cara gimana dia menjalani hidup. titik ubah ini bisa jadi mengejutkan, dan membuka peluang-peluang yang sebelumnya tersembunyi. semoga aja. (rumahfilsafat.com)

seneng liat si rumit masih bisa ketawa bareng saudaraku yang lain. malah aku yang gak bisa ngomong apa-apa di rumahnya waktu itu, apalagi menghiburnya. liat si rumit seperti itu, aku yakin gak perlu waktu lama buat liat dia ceria dan lincah kaya kemarin dan selumbari.

sekarang ketika aku menulis ini, kejadian itu udah lewat beberapa hari. aku, merasa berhutang gak bisa hibur si rumit waktu itu. mungkin lewat buku yang aku kasih nanti, dia bisa terhibur. dan sekarang, mungkin si rumit lagi memutar ulang sebuah kaset film dari cerita paling indah dan romantis di dunia tentang orang tuanya, tentang keluarganya dan akan terus diputar dalam kepalanya.

kalau wolfgang amadeus mozart, seorang komponis zaman klasik masih hidup dan ada di rumah si rumit waktu itu, mungkin dia akan berdoa  dengan khusuk: requiem aeternam dona eis, Domine.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar