Minggu, 27 Oktober 2013

Puncak Geulis

Berawal dari mimpi yang sama, bersama tiga saudaraku lainnya Yona, Kimul dan Cakra. Kami pun mendaki gunung Geulis yang belum sempat kami gapai puncaknya. Diantara kami berempat hanya aku dan Yona saja yang sudah mendaki ke gunung Geulis, tapi tidak berhasil ke puncak.
Hari Sabtu ini kami sepakat untuk mendaki. Setelah makan siang kami mempersiapkan segala kebutuhan. Konsumsi tidak perlu terlalu banyak, cukup dengan empat bungkus mie instan saja dan kopi yang dibawa dari vietnam oleh kang Lutfi beberapa waktu lalu. Sisanya kebutuhan air dan alat navigasi.

Karena target kami ingin melihat matahari terbenam dari puncak, kamu pun berangkat dari kampus jam tiga siang dengan harapan maksimal jam lima sore sudah sampai puncak. Ah, belum juga berangkat. Awan tebal menutupi langit Jatinangor dan angin beberapa kali bertiup kuat. Curiga kami tak akan melihat matahari terbenam atau justru malah kehujanan?

Walalupun cuaca seperti itu, beruntung kami punya ambisi lebih besar lainnya ketimbang melihat matahari terbenam. Yaitu sampai ke puncak! Jam tiga kami berangkat, naik angkuntan umum menuju desa Jatiroke dari situ kami jalan kaki sampai ke titik start.

Tanpa kesepakatan aku pun langsung tancap kaki dengan memimpin rombongan kecil ini. Aku begitu semangat sekali (yang lain mungkin juga), setiap langkahku adalah sebuah keyakinan untuk sampai ke puncak dan tidak boleh gagal lagi. Aku masih ingat betul kemana aku harus memilih jalur yang tepat. Beruntung pula ada orang baik yang memberi petunjuk arah untuk sampai ke puncak dengan membuat tanda panah di setiap percabangan. Aku ucapkan terimakasih siapapun mereka.

Kami teratur untuk istirahat sejenak, sekedar mengambil nafas, minum seteguk air. Kimul bilang kalau kami selalu berhenti setiap sepuluh menit.

Setelah sekitar dua puluh menit kami berjalan, akhirnya sampai juga kami di tempat dimana aku mengakhiri pendakian ku beberapa bulan lalu. Itu berarti tidak jauh lagi kami akan sampai ke puncak. Langit barat terlihat diselimuti kabut awan, hah, pupus sudah melihat matahari terbenam dari puncak.

Tidak lama, kami langung melanjutkan pendakian. Dari titik ini bisa dibilang, bahasa kerennya, summit attack hehe. Ternyata lumyan curam jalurnya. Beberapa kali aku harus berhenti mengambil nafas, aku persilahkan saja Kimul jalan lebih dulu. “Duluan aja, Mul. Biar kamu jadi orang pertama diantarra kita berempat yang sampai puncak hehe.”

Kurang lebih empat puluh lima menit, terhitung dari titik start kami bisa mencapai puncak. Cepat juga ya? Atau masih terlalu lambat? Yang pasti aku berhasil memenuhi hasrat ku (kami) yang tertunda untuk sampai ke puncak Geulis! Dan rasa penasaranku dengan makam yang ada di sana. Wah, bagiku sampai ke puncak ini itu rasanya hampir sama dengan mencapai puncak gunung ketinggian 3000 ke atas haha!

Empat tahun lebih aku di kota ini, tapi baru sekarang aku melihat halaman ‘rumah’ ku sendiri. Kamu?

Tidak lama kami di puncak, setelah merayakannya dengan sebatang kretek kami langsung turun. Ternyata puncak tidak sesuai harapan kami, dari sana kami sulit melihat pemandangan ke kota terhalang rimbun ilalang dan perdu. Jadi, kami putuskan untuk melanjutkan istirahat dan masak makan malam sedikit ke bawah dari puncak.

Sudah hampir maghrib, sambil memasak kita menyaksikan lampu-lampu kota menyala satu persatu. Dan suara musik dari acara pentas seni yang diadakan jurusan Statistika pun terdengar sampai atas sini. Sepertinya lebih menyenangkan berada di sana dari pada diatas sini, batinku. Tapi menyantap makan malam sambil bicara banyak hal dengan sudaraku itu adalah suatu kebersamaan. Aku sangat menikmati bagian ini.

Sambil menunggu Kimul ibadah maghrib kami kembali merapikan alat baawaan kami, tidak lupa sampahnya. Dan kami bersiap untuk turun untuk pulang. Aku kembali take a lead, tapi mungkin terlalu jauh jaraknya dengan sudaraku yang lain. Hampir saja mereka bertiga nyasar, menuruni jalur sungai yang memang hampir mirip dengan sebuah jalur. Tapi, syukur kita sampai dengan selamat kembali di kampus.

Lunas sudah hutangku! Untuk penuhi janji pada diriku sendiri.