Sabtu, 03 Mei 2014

Fiksi: Si Rumit [4]

kemarin hari rabu, tapi hari ini hari kamis dimana aku ajak si rumit makan siang lagi. kayaknya cuman itu caranya aku bisa isi perut rinduku yang lapar, yaa lumayan lah buat bertahan hidup seminggu selanjutnya. seperti biasa, kalau berdua dia pasti suruh aku jalan duluan di depan dia. tapi tau gak, disaat seperti itu aku menikmati perasaan dimana aku suka ngerasa kalau dia diam-diam sesekali melihat punggungku sekedar menghitung lebar bahuku atau sekedar memperhatikan caraku berjalan untuk menebak kapan aku melangkahkan kaki kiriku.

aku bilang ke dia, gimana kalau kita makan di fitroh aja soalnya aku mau makan sayur beningnya. udah dua hari ini aku makan mie instan terus. dia mengeluh ingin makan nasi goreng pajawan. sebelum ada keputusan dia langsung cerita tentang kuliah di kelas pagi tadi. tentang: konflik. katanya konflik itu terjadi ketika antara dua pihak punya yang pandangan masing-masing yang berbeda dan tidak mau saling bekerja sama atau mengalah untuk satu tujuan, yaitu: makan siang. mungkin maksudnya biar aku aja yang ngalah, yaudah gak apa, aku pesen 'nasi ganteng' aja.

eh, tapi mungkin karena aku gak cukup ikhlas buat ngalah makan di pajawan. ternyata makanan yang dia pesen itu gak enak he he he.

besoknya temenku tanya tentang gimana aku dengan si rumit. maksudnya, apa aku udah bilang suka ke si rumit atau belum. aku coba jelasin dia mulai dari:

buku (Apa Itu Musik?) yang ditulis oleh temenku waktu sd dan sma. dia nulis tentang sunyi dan bunyi berdasarkan 4'33'' karya john cage seorang pianis. aku baca buku itu sampe dua kali, biar betul-betul memafhumi. karya john cage tersebut itu penuh kontroversi, kenapa? kalau kamu nonton di youtube kamu bisa liat si pianis tidak sekalipun mendentingkan tut pianonya selama empat menit tiga puluh tiga detik!


pasti akan membosankan kalau aku ada di bangku audiens. tapi seperti apa kata john cage sendiri, the original audience missed the point, there's no such thing as silence dan something always happening that makes a sound. dia juga pernah menguji dirinya apakah bener diam itu absolut dengan cara berdiam diri di suatu ruangan kedap suara. tapi apa yang terjadi? dia justru mendengar suara sistem syarafnya dan sirkulasi darah tubuhnya, dan dia bilang suara akan terus ada sampai ia mati bahkan setelah kematiannya.

menurutku, karya 4'33'' itu, cage pengen ngasih tau kalau diam absolut itu tidak pernah ada, karena kapanpun dan dimanapun suara itu akan selalu ada, mau gak mau. entah itu dari dalam tubuhmu dan pikiranmu sendiri, juga dari sekitarmu. ada kutipan yang menarik dari buku itu: diam tidak benar-benar kosong tapi berkaitan dengan bahasa tubuh, tanda, suara, ekspresi pikiran dan perasaan. dengan kata lain diam juga merupakan bagian penting dari bahasa.

terus apa hubungannya antara 4'33'' dan john cage dengan si rumit?

 gak ada! he he)

tapi tentang bunyi itu sendiri dan ini masalah perasaan! sekarang seakan kalimat 'aku suka kamu' itu harus terucap dari mulut seseorang untuk jadi bukti kalau kamu suka sama dia atau kalau aku suka sama si rumit.

emangnya kalau aku diam terus itu berarti si rumit gak akan pernah tau?

udah dibilang diam itu gak akan pernah ada yang absolut. seperti kutipan di atas, diam itu kosong yang berkaitan dengan bahasa tubuh atau ekspresi pikiran dan perasaan. selama ini aku memang gak pernah bicara tentang tiga kata sakral itu ke si rumit. tapi aku bicara dalam diamku melalui gerakan tubuh dan sikapku ke dia. dan aku ngerasa yakin si rumit mampu 'denger' semua yang aku katakan selama beberapa bulan ini.

tapi gimana dia ke aku. aku gak tau. kayaknya dia emang biasa aja sama aku, dia cuman mencoba untuk ramah dan baik ke semua orang, dia cuman gak mau kecewain semua orang. itulah yang aku coba terjemahkan dari bahasa yang digunakan si rumit selama ini. selain itu, berbagai hal tentang prinsip hidup kita berdua yang sangat bertolak belakang membuat aku mencoba untuk realistis walau terlihat pesimis, tapi realistis juga termasuk optimis yang jujur maka aku mulai berpikir buat berhenti deketin dia lagi atau sama dengan gak akan ngajak dia makan berdua lagi, kemarin itu kayaknya jadi yang terakhir aku ajak dia makan berdua. intinya: how can i even try, i can never win (?).


masalahnya, si rumit itu kayak lubang hitam atau disebut juga black hole yang punya gaya gravitasi yang sangat besar. yang akan menyerap semua partikel termasuk cahaya dan semua materi, bahkan matahari yang 109 kali diameter bumi akan hancur saat tiba di singularity. lubang hitam juga dianalogikan sebagai pusaran air besar yang mampu menarik segalanya ke dalam. semakin dekat ke pusaran, semakin besar tarikannya. makannya kenapa aku lebih baik jaga jarak, sebelum terhisap terlalu dalam dan hancur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar