Jumat, 20 Februari 2015

[Review]: We Are All Africans (2)

...

sekarang di turki, fosil yang ditemukan berusia kurang lebih 50.000 sampai 40.000 tahun yang lalu melalu sungai denube. tantangan yang berbeda untuk kelompok ini, ternyata di eropa, lebih dulu sudah ada spesies yang mirip manusia juga, neandhertal (sepupu homo sapiens). beberapa tahun homo sapiens dan neandhertal hidup berdampingan bahkan diduga bertukar kebudayaan. tapi gak ada bukti kalau mereka pernah menghasilkan keturunan bersama. sampai akhirnanya neandhertal punah. kelompok homo sapiens ini yang berperan penting atas populasi homo sapiens di eropa mulau dari turki, spanyol, jerman sampai irlandia (tiba di irlandia sekitar 25.000 tahun yang lalu). dan kenapa mereka jadi berkulit putih? ini karena proses adaptasi dengan iklim, sinar matahari di daratan eropa lebih lemah dari pada di afrika atau asia.

lalu kita ke china, di film ini gak ditunjukin bukti mendukung untuk teori out of africa yang ditemukan di china. dan ada perbedaan pendapat juga dengan scientist di china: kalau mereka gak percaya dengan teori out of africa. mereka meyakini kalau ras mereka berasal dari leluhur yang berbeda dengan manusia lainnya. tapi pernyataan tersebut terpatahkan dengan bukti genetis yang diteliti kalau ras china pun punya kesamaan kode DNA dengan leluhur yang berasal dari afrika. tapi ada pertanyaan menarik: kenapa mereka punya wajah yang beda?

jawabannya: dalam satu populasi besar, sangat mungkin akan ada lahirnya sebuah gen yang unik (katakanlah 'narrower eyes gene'), dan bila gen tersebut dianggap menarik oleh populasi. spesies yang memiliki gen tersebut akan memiliki keturunan dan mewariskan ke generasi berikutnya. dan pada akhirnya lestari dan menyebar luas. oh ya, di china ini juga mulai dikenal sistem bercocok tanam yaitu tanaman padi.

sampailah kita pada kelompok kecil yang sampai ke malaysia, dari malaysia kelompok ini memanfaatkan indonesia sebagai jalur migrasi yang berakhir di australia. kerangka homo sapiens yang ditemukan berusia tidak lebih dari 10.000 tahun. melalui flores, kelompok kecil ini menyebrang sampai australia. perjalanan pun selesai. setiap kelompok yang tersebar di seluruh penjuru dunia beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan geografis yang berbeda-beda sehingga melahirkan kebudayaan yang berbeda pula.

***

teori out of africa ini ada satu dari sekian teori yang muncul mengenai asal-usul manusia. teori ini dianggap yang paling mungkin terjadi dan bisa diterima. walaupun begitu masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dari teori ini. lalu, gimana bisa teori ini bisa membawa kita ke kesimpulan yang benar? bisa jadi malah sebaliknya?

mungkin jawabannya, bisa didasarkan pada kaidah seleksi alam darwin: bahwa dalam populasi organisme akan ada keragaman secara genetis dan perkembangan berbagai individu. perbedaan-perbedaan itu berarti bahwa sebagian individu akan lebih mampu menarik kesimpulan yang benar mengenai dunia sekitar mereka dan bertindak sesuai kesimpulan tersebut. individu-indivitu itu akan lebih mungkin bertahan hidup, lestari dan berkembang biak, sehinga pola prilaku dan pola pikir (kemampuan bernalar) mereka akan lebih unggul dan semakin unggul. 

yang pasti sains akan selalu dinamis, dan akan selalu berkembang. gagasan-gagasan mengenai teori sains yang sudah disebutkan menganggap kita adalah sosok rasional yang bebas mengamati alam semesta sebagaimana kita kehendaki dan mengambil kesimpulan logis berdasarkan apa yang kita lihat (stephen hawking, dalam buku brief history of time).

***

the differences between us all are really just superficial. We are all members of a young species that goes back less than 200.000 years, and we are surprisingly closely related. this is the story that has emerged from the study of stones, bones and our genes. that wherever we've ended all up all over the world, we are africans under the skin. and uncovering that story, retracing the steps of our ancestors, has given us profound sense of our common humanity, our shared past and our shared futures (alice roberts).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar